Created by @benjaminrgrant, source imagery @maxartechnologies


Dalam manuskrip ekspedisi barat di kawasan Hindia Belanda, orang Eropa pertama kali naik ke Raung, adalah inspektur Belanda Bondowoso, Charles Bosch pada bulan Juli 1844. Tiga bulan kemudian, pada 12 Oktober 1844, Franz Wilhelm Junghuhn, seorang naturalis Belanda kelahiran Jerman, menaiki puncak Gunung Raung bersama-sama dengan Mr Bosch

Sejarah Letusan

Letusan Gunung Raung termasuk jenis strombolian, letusan pijar kecil tapi terus-menerus memancarkan. Gunung Raung juga memiliki sistem terbuka kawah, menyebabkan lava yang dihasilkan akan kembali ke kawah, dan kurang cenderung meluap keluar dari kaldera

Letusan Gunung Raung terjadi Dari Tahun 1586 – 2015

Muncul juga pijaran api mirip kembang api di atas kawah. Namun karena bibir kawah yang tinggi dan lebar hingga 2 km, pijar api ini tak sampai meluber ke lereng

Letusan Gunung Raung Tidak Sedahsyat Merapi

Raung berbeda dengan gunung-gunung lain, misalnya Merapi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang pernah meletus dahsyat pada 2010

Mantan Kepala Badan Geologi Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Surono menjelaskan, Jenis magma Raung encer dan hanya keluar sedikit tanpa meledak

Merapi memiliki magma yang kental dan kaya kandungan gas. Sehingga energi yang terlepas saat meletus akan terdengar seperti ledakan. Sementara Raung yang bermagma encer tidak akan seperti itu .

"Gunung Raung letusannya bakal seperti Merapi ya nggak lah. Magmanya berbeda, Merapi lebih kental. Perlu tenaga yang besar dari bawah sampai permukaan untuk mendorong magma kental ini," jelas dia

Magma ini banyak masukan gas dan begitu ke atas semakin dingin lepasin gasnya terkumpul maka lama-lama tekanannya tinggi maka begitu meletus terjadi ledakan. Magma Raung encer, mudah dia tertekan sedikit naik ke atas, tidak meledak.

Ref . Berbagai sumber .
posting @indonesiantrekker